Pages

Sabtu, 08 Agustus 2009

Sampai Kapan pun.....

Pernah engkau menjadi matahariku
membungkus bekunya jiwa dengan kehangatan
Pernah juga engkau menjadi hujan
tuk samarkan air mata yang tak terelakkan
Engkau pernah menjadi segala yang kumau
Tapi ternyata cinta amatlah pendek
engkau akhiri di bab pertama
ketika kumulai kisah di bab kedua
Tak apa….
Pergilah,
Toh aku bisa menitip rindu pada angin
agar sudi dia hembuskan ke telingamu
Karna aku takkan bisa membencimu
Sampai kapanpun

Pernah engkau mencintaiku tiada tanding
rela menjadi selokan
ketika kukutuk diri jadi seekor kodok
Tapi cinta begitu membingungkan
Engkau tusuk jantungku dengan duri
persis ketika aku tidur di pelukanmu
Tak apa…
Kemarilah,
Setidaknya engkau mengajariku
bagaimana menekan rasa sakit di ruang rindu
Aku akan tetap merangkulmu
Karna aku takkan bisa membencimu
Sampai kapanpun

Engkau pernah mencumbuku tiada henti
Gelora cinta beradu dalam gesekan kulit lembab
Desah nafas beraroma peluh, tertahan birahi yang marah
membuat kita lupa segala realita
Tapi nafsu memang kiriman setan
Birahi itu kutemukan lagi
dalam gerak tubuh dan desah nafasmu
saat bercinta mati-matian dengan dirinya
Tak apa…
Berpakaianlah kembali
Suatu saat
kau kan mengerti betapa mahal harga cintaku
Tapi kali ini biarlah aku pergi
Karna aku takkan bisa memaafkanmu lagi
Sampai kapanpun
Kuulangi:
Sampai kapanpun.

1 komentar:

Jinny mengatakan...

hasrat, nafsu, terkadang mengaburkan logika kita.
apakah "maaf" tidak bisa mengaitkan apa yang telah di bina.
melepaskanku mungkin bisa menjauhkan fisikmu.
tapi hati kita dipaksa untuk diikat.